Postingan

puisi bunga dan tembok - Wiji thukul

Gambar
Salah satu karya aktivis negeri yang berjuang melawan imperalisme dengan cara tulisan-tulisan yang patut di apresiasi..    Wiji Thukul         BUNGA DAN TEMBOK   Seumpama bunga Kami adalah bunga yang tak Kau hendaki tumbuh Engkau lebih suka membangun Rumah dan merampas tanah Seumpama bunga Kami adalah bunga yang tak Kau kehendaki adanya Engkau lebih suka membangun Jalan raya dan pagar besi Seumpama bunga Kami adalah bunga yang Dirontokkan di bumi kami sendiri Jika kami bunga Engkau adalah tembok itu Tapi di tubuh tembok itu Telah kami sebar biji-biji Suatu saat kami akan tumbuh bersama Dengan keyakinan: engkau harus hancur! Dalam keyakinan kami Di manapun – tirani harus tumbang!

Aitmia Wira Nagara

Gambar
ARITMIA Kini malam terlalu muram bila harus kuceritakan padamu Kantuk yang pernah kau tahan untuk mendengar suaraku, nyenyak dibunuh waktu Remuk dalam serabut halus disetiap katup yang menandai kesempatan telah tertutup Berdetak dalam detik berontak dalam cekik Diorama tanpa irama Kau menepatkan kesabaran begitu tipis dipenantian Mencederai luka yang sedang kujahit sebagai upaya siuman dari rasa sakit Harapan meruncingkan jarumnya Bekerja menyulam takdir bersama kesalahan yang ingin kuperbaiki Agar jantungku lancar memompa darah melewati aorta Memapah kehendak yang mengatasnamakan cinta Kusut dan berantakan Satu persatu getir tumbuh diserambi menyekat sirkulasi Mengepung bagai tralis disekujur pulmonalis Menahan karbondioksida lebih lama di dada Liang batin pun terkoyak tanpa perlawanan Kabar yang kau sampaikan hanya kulihat sebagai beling yang siap menusuk lebih dalam Menganga dan berdarah Deras kenangan luluh terbilas sebuah pinangan Kau terima keinginan ...
Gambar
    Kopi. Lukisan. Kenangan   Lihat Tepat setelah lampu lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang kurindukan Disini Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata Menulis warna  Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan tanpa kediaman Terkoyak sepi Melayang diantara pekat aroma kopi Dengar Tepat setelah jejak jejak dilangkahkan  Kau menyapa sebagai satu satunya yang kunantikan Disini Dipeluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan Menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat ruang kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping Tersapu kesunyian terinjak lara Melarut dalam pahit yang diseduh air mata Tunggu Santailah sejenak Karena tepat setelah meja meja ditinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu satu...
Gambar
   RUNTUH Untuk para pejuang negri Langkah kakimu sangatlah berarti Semangatmu yang membara seperti api, patut untuk dipuji. Tapi mengapa? Mengapa hari kehari kalian menghilang? Menghilang memerjuangkan negri yang malang Sebetulnya kalian harus bangkit. Bangkit dari keterpurukan yang hanya membuat sakit Mulailah berpikir kritis Jangan mau terus-terusan dihipnotis Oleh pejabat-pejabat tinggi yang membuat kekayaan semakin menipis Untuk para pejuang negri Belajarlah mengurangi ego yang hanya memikirkan dirimu Negri ini sungguh hanya membutuhkan perjuanganmu dan semangatmu, Tapi tidak untuk hartamu.. oleh: Erika Wulandari Rabu, 21 Februari 2018

puisi

Gambar
Untukmu Tubuhku kaku sejak kau memanggilku Jatungku berdetak tanpa adanya jeda Mataku liar seakan tak berani tuk menatap Senyum merekah pada bibir yang merah Lidahku terasa kelu lalu membisu Kalimat perbincangan yang telah tersusun Melumat lalu melayang hilang Tangan sama dnginnya dengan air yang kupesan Malam itu cerah Dengan tingkah gila yang susah tuk dilupa oleh : Erika Wulandari